:

Kamis, September 22, 2011

TIMUN EMAS

Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat
membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang
anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan ke
raksasa itu untuk disantap. Mbok Sirnipun setuju.

Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan
dirawat. Setelah dua minggu diantara buah ketimun
yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan
berkilau seperti emas. Kemudian Mbok Sirni
membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya
seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Emas.

Semakin hari Timun Emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa
untuk menagih janji. Mbok Sirni amat takut kehilangan Timun Emas, dia mengulur janji
agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin dewasa, semakin enak untuk disantap,
raksasa pun setuju. Mbok Sirnipun semakin sayang pada Timun Emas, setiap kali ia
teringat akan janinya hatinyapun menjadi cemas dan sedih.
Suatu malam Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya
selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul.
Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu
seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan
kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam, dan terasi
sebagai penangkal. Sesampainya di rumah diberikannya
4 bungkusan tadi kepada Timun Emas, dan disuruhnya
Timun Emas berdoa.

Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Emaspun disuruh keluar lewat
pintu belakang oleh Mbok Sirni. Raksasapun mengejarnya. Timun Emaspun teringat akan
bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang
mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya. Tapi buah timun itu malah
menambah tenaga raksasa. Lalu Timun Emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah
pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah
raksasa terus mengejar. Timun Emaspun membuka bingkisan garam
dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas.

Dengan kesakitan raksasa dapat melewatinya. Yang
terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika
terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya
raksasapun mati. "Terimakasih Tuhan, Engkau telah
melindungi hambamu ini" Timun Emas mengucap syukur.
Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan
damai. Baca Selengkapnya.....

Senin, September 05, 2011

KARANG BOLONG

Beberapa abad yang lalu tersebutlah Kesultanan
Kartasura. Kesultanan sedang dilanda kesedihan yang
mendalam karena permaisuri tercinta sedang sakit keras.
Pangeran sudah berkali-kali memanggil tabib untuk
mengobati sang permaisuri, tapi tak satupun yang dapat
mengobati penyakitnya. Sehingga hari demi hari, tubuh
sang permaisuri menjadi kurus kering seperti tulang
terbalutkan kulit.

Kecemasan melanda rakyat kesultanan Kartasura. Roda pemerintahan menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. "Hamba sarankan agar Tuanku mencari tempat yang sepi untuk
memohon kepada Sang Maha Agung agar mendapat petunjuk guna kesembuhan
permaisuri," kata penasehat istana.

Tidak berapa lama, Pangeran Kartasura melaksanakan tapanya. Godaan-godaan yang
dialaminya dapat dilaluinya. Hingga pada suatu malam terdengar suara gaib. "Hentikanlah
semedimu. Ambillah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga karang itulah,
permaisuri akan sembuh." Kemudian, Pangeran Kartasura segera pulang ke istana dan
menanyakan hal suara gaib tersebut pada penasehatnya. "Pantai selatan itu sangat luas.
Namun hamba yakin tempat yang dimaksud suara gaib itu adalah wilayah Karang Bolong, di sana banyak terdapat gua karang yang di dalamnya tumbuh bunga karang," kata penasehat istana dengan yakin.

Keesokannya, Pangeran Kartasura menugaskan Adipati Surti
untuk mengambil bunga karang tersebut. Adipati Surti
memilih dua orang pengiring setianya yang bernama Sanglar
dan Sanglur. Setelah beberapa hari berjalan, akhirnya
mereka tiba di karang bolong. Di dalamnya terdapat sebuah
gua. Adipati Surti segera melakukan tapanya di dalam gua
tersebut. Setelah beberapa hari, Adipati Surti mendengar suara
seseorang.

"Hentikan semedimu. Aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi harus kau
penuhi dahulu persyaratanku."

Adipati Surti membuka matanya, dan melihat seorang
gadis cantik seperti Dewi dari kahyangan di hadapannya. Sang gadis cantik tersebut
bernama Suryawati. Ia adalah abdi Nyi Loro Kidul yang menguasai Laut Selatan.
Syarat yang diajukan Suryawati, Adipati harus bersedia menetap di Pantai Selatan
bersama Suryawati. Setelah lama berpikir, Adipati Surti
menyanggupi syarat Suryawati.

Tak lama setelah itu,
Suryawati mengulurkan tangannya, mengajak Adipati Surti
untuk menunjukkan tempat bunga karang. Ketika menerima
uluran tangan Suryawati, Adipati Surti merasa raga halusnya
saja yang terbang mengikuti Suryawati, sedang raga
kasarnya tetap pada posisinya bersemedi.

"Itulah bunga karang yang dapat menyembuhkan Permaisuri," kata Suryawati seraya menunjuk pada sarang burung walet. Jika diolah, akan menjadi ramuan yang luar biasa khasiatnya.

Adipati Surti segera mengambil sarang burung walet cukup banyak. Setelah itu, ia
kembali ke tempat bersemedi. Raga halusnya kembali masuk ke raga kasarnya.
Setelah mendapatkan bunga karang, Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya kembali
ke Kartasura. Pangeran Kartasura sangat gembira atas keberhasilan Adipati Surti.

"Cepat buatkan ramuan obatnya," perintah Pangeran Kartasura pada pada abdinya. Ternyata, setelah beberapa hari meminum ramuan sarang burung walet, Permaisuri menjadi sehat
dan segar seperti sedia kala. Suasana Kesultanan Kartasura menjadi ceria kembali. Di
tengah kegembiraan tersebut, Adipati Surti teringat janjinya pada Suryawati. Ia tidak
mau mengingkari janji.

Ia pun mohon diri pada Pangeran Kartasura dengan alasan
untuk menjaga dan mendiami karang bolong yang di
dalamnya banyak sarang burung walet. Kepergian Adipati
Surti diiringi isak tangis para abdi istana, karena Adipati
Surti adalah seorang yang baik dan rendah hati. Adipati
Surti mengajak kedua pengiringnya untuk pergi
bersamanya. Setelah berpikir beberapa saat, Sanglar dan
Sanglur memutuskan untuk ikut bersama Adipati Surti.

Setibanya di Karang Bolong, mereka membuat sebuah rumah sederhana. Setelah selesai,
Adipati Surti bersemedi. Tidak berapa lama, ia memisahkan raga halus dari raga
kasarnya. "Aku kembali untuk memenuhi janjiku," kata Adipati Surti, setelah melihat
Suryawati berada di hadapannya. Kemudian, Adipati Surti dan Suryawati melangsungkan
pernikahan mereka. Mereka hidup bahagia di Karang Bolong. Di sana mereka mendapatkan
penghasilan yang tinggi dari hasil sarang burung walet yang semakin hari semakin banyak dicari orang. Baca Selengkapnya.....

Kamis, Maret 04, 2010

Danau Toba

ASAL USUL DANAU TOBA




Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin
bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari
hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah,
tetapi ia tetap memilih hidup sendirian.
Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di
sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang
besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat
setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-
goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak
kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu
berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya
bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang
menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan
bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku."
Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu.
Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh
ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah
wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.

"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu
karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu.

"Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi
istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun
mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri.
Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka
tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari
seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi
petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama
petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani
merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk
mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena
ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak
orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan
usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus!" kata seseorang
kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak
merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani
melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak
membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia
menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran
kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga
dapat dimakannya sendiri.

Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu
pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar
bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak
kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda
memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.

Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu.
Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan
makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang
bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani
menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan
lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil
menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak
tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar
telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang
lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah



air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa
sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas
sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk
sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau
Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama
Pulau Samosir.



HIKMAH :
Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan
melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan. Baca Selengkapnya.....

Rabu, Maret 03, 2010

Semua terjadi karena suatu alasan

di kirim dari email :

Semua terjadi karena suatu alasan


> > Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi
> astronot. Aku ingin terbang
> > ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu
> yang tepat.
> >
> >
> >
> > Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot.
> Namun, sesuatu pun
> > terjadilah.
> >
> >
> >
> > Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk
> ikut dalam penerbangan
> > 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu
> adalah seorang guru. Aku
> > warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku
> mengirimkan surat
> > lamaran ke Washington . Tiap hari aku berlari ke kotak
> pos.
> >
> >
> >
> > Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku
> terkabul. Aku lolos
> > penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.
> >
> >
> >
> > Selama beberapa minggu berikut, perwujudan impianku
> semakin dekat saat
> > NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test
> selesai, aku menunggu
> > dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada
> impianku. Beberapa waktu
> > kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti
> program latihan astronot
> > khusus di Kennedy Space Center .
> >
> >
> >
> > Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini
> aku menjadi bagian
> > dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir.
> Ada simulator, uji
> > klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk
> udara. Siapakah di
> > antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ? ...
> Tuhan, biarlah diriku
> > yang terpilih, begitu aku berdoa.
> >
> >
> >
> > Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA
> memilih Christina
> > McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku
> mengalami depresi.
> >
> >
> >
> > Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan
> kebahagiaanku. Aku
> > mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? ... Kenapa
> bukan aku? ... Bagian
> > diriku yang mana yang kurang? ... Mengapa aku
> diperlakukan kejam? ...
> >
> >
> >
> > Aku berpaling pada ayahku. Katanya,"Semua terjadi
> karena suatu alasan."
> >
> >
> >
> > Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama
> teman-teman untuk melihat
> > peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati
> menara landasan pacu, aku
> > menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku
> bersedia melakukan apa
> > saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan
> aku?. Tujuh puluh tiga
> > detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan
> menghapus semua
> > keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan
> semua penumpang..
> >
> >
> >
> > Aku teringat kata-kata ayahku,"Semua terjadi karena
> suatu alasan." Aku
> > tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku
> sangat menginginkannya
> > karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di
> bumi ini. Aku
> > memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku
> seorang pemenang.
> >
> >
> >
> > Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak,
> masih hidup untuk
> > bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku
> dikabulkan.
> >
> >
> >
> > Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
> >
> >
> >
> > 1. Apabila Tuhan mengatakan YA; maka kita akan
> MENDAPATKAN APA YANG KITA
> > MINTA
> >
> > 2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK; maka kita akan
> mendapatkan yang LEBIH
> > BAIK
> >
> > 3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU; maka kita akan
> mendapatkan yang
> > TERBAIK sesuai dengan kehendak- NYA
> >
> >
> >
> > Tuhan tidak pernah terlambat, DIA juga tidak
> tergesa-gesa namun DIA tepat
> > waktu.... Baca Selengkapnya.....

Sabtu, Agustus 22, 2009

cerita rakyat sumatera barat

MALIN KUNDANG

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di

pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri

dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama

Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang

memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari

nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.


Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua

bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung

halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan

memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung

batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya

dan tidak bisa hilang.


Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting

tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di

negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah

menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal

dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju

dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang

akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan

perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya.

"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau

lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil

berlinang air mata.


Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu

Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu

pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tibatiba

kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan

para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar

awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin

Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika

peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh

kayu.


Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya

terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju

ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong

oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang

menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan

keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang

yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih

dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis

untuk menjadi istrinya.


Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah

menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin

Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah

berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi

ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke

kampung halamannya.


Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya

melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah

disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang

banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui

anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke

pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang

berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang

sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang

beserta istrinya.


Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya

melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia

dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama

tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera

melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga

terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja

mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada

ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya,

karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan

mengenakan baju compang-camping. "Wanita

itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura

mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.


Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang

sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya

yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau

benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin

bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.

Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya

berbentuk menjadi sebuah batu karang.


Baca Selengkapnya.....